Tong Sam Cong Masuk Islam Adalah Hoax Terhadap Mitos

Journey to the West SD Figure

Journey to the West: Shā Wùjìng, Sūn Wùkōng, Táng-Sānzàng, Bái Lóngmǎ, Zhū Bājiè.
source: willho.com

Ketika sedang surfing di internet, saya menemukan Hoax (Pemberitaan Palsu) mengenai Journey to the West (Perjalanan ke Barat) yang mengatakan bahwa Tong Sam Cong adalah seorang Muslim/Islam (anda bisa mencari sumber Hoax tersebut menggunakan Google dengan kata kunci judul tersebut). Sebenarnya Hoax ini hanyalah karangan si Hoaxer (Pembuat Hoax) saja.

Singkatnya Hoaxer hanya menghoax sebuah mitos, sebuah karangan fiksi karya Wu Cheng’en dan bukan sejarah. Alangkah lucu dan bodohnya jika kita mempercayai sebuah Hoax, tetapi lebih lucu dan bodohnya lagi jika kita mempercayai Hoax dari sebuah Mitos atau sebuah karya fiksi dan menyampuradukkan dengan sejarah seperti yang dilakukan oleh si Hoaxer.

Berikut argumen saya terhadap Hoax yang tidak bertanggung jawab tersebut:

Ternyata Ulama Tong Sam Cong yang hidup di zaman Dinasti Tong (618-907 M) setelah Nabi Muhammad saw (570-633 M) adalah seorang muslim/Islam, bukan pengikut Budha/Nabi Gautama seperti anggapan sebagian orang.

TANGGAPAN:
Pertama. Dalam sebuah kisah mitos atau fiksi jelas apa yang terjadi di dalamnya tidaklah sepenuhnya benar-benar terjadi. Baik nama orang maupun tempat serta arah bisa beraneka ragam sesuai dengan ide si pengarang cerita.

Jika merujuk pada Journey to the West karya Wu Cheng’en , ini berarti kita merujuk pada sebuah mitos, cerita fiksi, jadi adalah suka-suka si pengarang jika ada nama orang atau tempat yang salah arah. Di sini si Hoaxer menganggap kisah Journey to the West adalah kisah sejarah dan seperti pahlawan kesiangan berusaha merekonstruksi ulang kisah mitos tersebut dan menganggapnya tidak sesuai dengan kenyataan. Parahnya, si Hoaxer berusaha membuat kisah mitos ini menjadi bagian dari sejarah dengan menyandingkannya tokoh sejarah yaitu Nabi Muhammad (meskipun sebagian orang meragukan kenabiannya).

Kedua. Nama Tong Sam Cong dipergunakan oleh Cheng’en dalam kisah fiksi Journey to the West diilhami oleh peristiwa sejarah perjalanan seorang bhiksu bernama Xuanzang yang juga sering disebut dengan Táng-sānzàng. Berdasarkan keseluruhan Hoax, dapat dikatakan bahwa Tong Sam Cong yang dimaksud si Hoaxer adalah Tong Sam Cong sebagai tokoh fiksi dalam kisah Journey to the West. Dengan demikian adalah konyol dan bodoh jika menggugat riwayat hidup dari sebuah tokoh fiksi.

Ketiga. Berdasarkan namanya,Tong Sam Cong atau Táng-sānzàng berarti Sānzàng dari Tang (Dinasti Tang). Arti Sānzàng sendiri berarti Tiga Keranjang. Apa yang dimaksud dengan Tiga Kerajang itu? Tiga Keranjang ini adalah istilah yang populer di kalangan umat Buddha yang merujuk kepada 3 kumpulan Kitab Suci Agama Buddha. Istilah tiga Keranjang dalam bahasa Pali dan Sankerta adalah Tipitaka (bhs Pali) atau tripitaka (bhs Sanskerta).Ti berarti tiga dan Pitaka berarti Keranjang.

Jika kita menelusuri literatur Islam, maka kita tidak akan menemukan penggunaan istilah Tiga Keranjang dalam bahasa Arab. Dengan demikian, dari hal nama Tong Sam Cong menggunakan nama Buddhis bukan Islam.

Ini adalah bukti pertama dari kegagalan si Hoaxer dalam menghoax sebuah mitos untuk propaganda.

Minimal ada 3 alasan yang menguatkan argumen bahwa beliau adalah seorang muslim yang taat lagi saleh, sehingga sela bersusah payah selama 17 tahun mengembara untuk menjemput kitab suci di Barat setelah mendengar berita dari para pedagang jalur sutera (jalur perdagangan sutera telah berlangsung sebelum Masehi).

Pertama : Wilayah Barat/She Thien itu Arab, sedangkan India /Thien Tok itu Selatan dan perjalanan 17 tahun mencari kitab suci itu dari Timur (Propinsi Zhe Jiang) ke Barat lewat Ta Li Muk Phen Ti/Se Chou Ce Lu/Jalur Sutera (Xin Jiang di wilayah Barat daratan Cina). Perjalanan ini dilakukan setelah pemuda alim tersebut mendapatkan kabar berita dari para pedagang lintas benua/para pedagang jalur sutera membawa berita bahwa di Barat sama telah atau baru turun kitab suci, maka berangkatlah beliau dari tanah kelahirannya, Propinsi Zhe Jiang (Cina bagian Timur) menuju Barat (tanah Arab). Lewat Gansu lalu ke Xin Jiang, disitu ada Fo Yen San/Flamming Mountain/gunung api bagian Barat Cina, yang kita ketahui bersama bahwa 99,99% penduduk Propinsi Xin Jiang (sekarang) beragama Islam.

TANGGAPAN:
Di sini mulai terjadi kebingungan yang dialami oleh si Hoaxer. Hoaxer berusaha menjadikan sebuah kisah fiksi menjadi sejarah (entah sejarah siapa dan literatur mana yang ia jadikan sumber). Hal ini terbukti dari cerita Tong Sam Cong mendapat kabar dari para pedagang. Dalam kisah fiksi Journey to the West, Tong Sam Cong diutus oleh Kaisar Tang untuk pergi ke Barat bukan mendapat kabar dari pedagang. Sedangkan dalam sejarah Xuanzang yang merupakan ide awal dari kisah fiksi Journey to the West, bhiksu Xuanzang melakukan perjalanan atas kehendaknya sendiri tanpa kabar dari para pedagang tentang adanya turunnya kitab suci.

Jika mengacu pada sejarah, Bhiksu Xuanzang lahir di Propinsi Henan bukan di Zhenjiang (Propinsi Jiangsu). Jadi di sini si Hoaxer mengalami kebingungan memilih antara riwayat hidup tokoh sejarah atau tokoh fiktif.

Kemudian apa dasarnya si Hoaxer mengklaim bahwa wilayah Barat itu adalah Arab? Apakah karena menggaris lurus pada peta? Jika ya maka wilayah yang tepat mengenai garis lurus adalah Afghanistan atau Pakistan atau Kyrgyzstan. Sebelum penjajahan Muslim terhadap Afghanistan (642–1187), masyarakat Afghanistan adalah beragama Buddha dan Hindu. Bhiksu Xuanzang sendiri tiba di Afghanistan pada sekitar tahun 630. Demikian juga Pakistan yang juga masyarakatnya menganut agama Buddha sebelum penjajahan Islam dimulai tahun 712. Sedangkan Kyrgyzstan mengenal Islam baru pada abad ke-8. (lihat peta)

Jadi tidak tepat jika langsung mengatakan bahwa wilayah Barat identik dengan Arab dan Islam. Dan inilah bukti kedua dari kegagalan si Hoaxer dalam menghoax sebuah mitos untuk propaganda.

Kedua : Jarak Ulama Tong (abad ke 7 M) dan Budha Sidharta Gautama (5 abad SM) +- 1200 tahun, jadi tidak bisa dikatakan baru lagi sebab sudah lebih dari seribu tahun.

TANGGAPAN:
Ini adalah sebuah kesimpulan yang salah berdasarkan Premis (perkiraan awal yang dianggap benar) yang salah. Di sini dapat dikatakan si Hoaxer berpremis (menganggap) peristiwa pada kisah fiksi Journey to the West adalah kisah sejarah. Hoaxer menganggap bahwa pertemuan Tong Sam Cong dengan Buddha adalah peristiwa sejarah dengan kurun waktu yang sebenarnya. Jelas bahwa Journey to the West adalah karya fiksi dari Wu Cheng’en, dan tentunya urutan waktu dan latarbelakang cerita sesuai dengan ide dari si pengarang cerita. Tidak ada umat Buddha yang memahami sejarah yang mengklaim bahwa pertemuan antara Buddha dan tong Sam Cong dalam kisah fiksi Journey to the West adalah benar-benar terjadi. Sangatlah konyol jika umat agama lain justru menganggapnya benar-benar terjadi.

Dan ini bukti ketiga dari kegagalan si Hoaxer dalam menghoax sebuah mitos untuk propaganda.

Ketiga : Ajaran Budha Gautama sudah masuk ke daratan Cina sebelum Tat Mo Co Su/Bodhi Dharma/Zen yang juga dari India, bukti Tat Mo Co Su ada di kuil Shaolin gunung Shiong San Propinsi Henan. Berarti jalur Cina – India sudah ada sebelum perjalanan Tong, yaitu dari arah Selatan negeri Cina. Jadi untuk apa memutar begitu jauh lewat Utara baru ke Selatan sedangkan alat transportasi dahulu hanya unta, kuda atau keledai.
Apakah Tong begitu bodoh?
Saya tidak percaya itu.

TANGGAPAN:
Pertama. Hoaxer mencampuradukan antara kisah fiksi dengan sejarah. Jika berpatokan pada kisah fiksi Journey to the West, maka apapun boleh terjadi. Apakah tokohnya bisa terbang, bisa menghilang, berjalan dengan arah berputar dan sebagainya itu adalah sah-sah saja. Jadi, bukankah menggugat sebuah kisah fiksi agar menjadi kisah sejarah merupakan suatu kebodohan?

Kedua. Jika mengacu pada sejarah Bhiksu Xuanzang, beliau benar-benar berjalan ke arah Barat (lihat peta). Dari propinsi Qinghai, kemudian ke Gurun Gobi, Kumul, Kyrgyzstan, Uzbekistan, sampai kemudian ke Afghanistan. Dan jelas wilayah-wilayah tersebut pada masanya belum terjajah oleh Islam. Kemudian dalam rute pulang Beliau baru mengunjungi India. Dan inilah bukti keempat dari kegagalan si Hoaxer dalam menghoax sebuah mitos untuk propaganda.

Adapun hari ini kita membaca atau menonton kisah Kera Sakti pada perjalanan Tong Sam Cong itu hanyalah kisah fiktif yang disuguhkan oleh penulis yang bertujuan untuk menentang atau menyindir pemerintahan bangsa Mancuria pada saat itu yang sedang memerintah Cina.

Jadi pada cerita Kera Sakti ada monyet, babi dan kerbau itu sebenarnya tidak ada sama sekali/bohong besar dan ingat, di Jepang cerita ini menjadi Son Goku atau Dragon Ball.
Sekarang malah cerita Kera Sakti di ceritakan di Amerika. Ingat, salah satu cara/bentuk penjajahan kebudayaan atau sejarah adalah lewat cerita/komik.

TANGGAPAN:
Bukan hanya Kera Sakti saja yang fiktif tapi juga tokoh Tong Sam Cong dalam kisah tersebut juga fiktif, hanya saja tokoh ini terinsipirasi dari kisah perjalanan Bhiksu Xuanzang dengan menggunakan nama yang sama. Lucunya, si Hoaxer justru berusaha memaksakan merubah kisah fiktif ini menjadi sejarah. Bukankah ini suatu bentuk penjajahan terhadap karya fiksi?

Seperti Sisingamangaraja XII dan Pattimura yang beragama Islam/muslim tapi selalu di gembar-gemborkan bukan muslim, demikian juga dengan perlawanan Wong Fei Hung yang muslim dkk melawan penindasan Mancuria pada bangsa Han di Cina, ini bisa terjadi juga karena kesalahan kita umat muslim yang tidak peduli dengan saudaranya yang lain. Ini disebabkan pendapat yang salah antara suku dan agama (Assobiah dan Tauhid).

Tidak ada dalam catatan dan bukti sejarah bahwa Wong Fei Hung adalah Muslim. Setelah berusaha mengklaim tokoh fiksi dari sebuah karya besar Tiongkok Tong Sam Cong sebagai Muslim, kini Hoaxer berusaha me-Muslim-kan tokoh Tionghoa lainnya yaitu Wong Fei Hung. Tidakkah para pembaca merasa heran akan perilaku Hoxer (Pembuat Berita Palsu) ini? Apakah ini salah satu bentuk propaganda oknum Muslim untuk mempengaruhi etnis Tionghoa untuk beralihkeyakinan? Jika ya, sekali lagi jika ya, maka ini adalah cara-cara kotor dalam propaganda agama. Apakah dalam agama yang bersangkutan memperbolehkan cara-cara kotor ini? Jika ya, maka layakkah disebut sebuah agama, sebuah rahmat bagi alam semesta?

Di akhir cerita Kera Sakti tidak diceritakan kitab apa yang diambil atau di peroleh, sebab kalau produser mau menceritakan sejarah yang sebenarnya, maka akan bubarlah keyakinan non Islam dari agamanya yang sekarang dan cerita/film tersebut tidak akan lalu terjual sehingga produser film tidak akan dapat memperoleh keuntungan alias rugi.

TANGGAPAN:
Perlu dipertanyakan versi film Kera Sakti yang mana yang Hoaxer tonton. Kisah Kera Sakti sampai saat ini sudah memiliki banyak versi dan diadaptasi oleh beragam seniman seni dan media, dari opera sampai komik. Dalam versi asli Journey to the West karya Wu Cheng’en, jelas Tong Sam Cong mendapatkkan kitab suci sebanyak 5048 gulungan. Oleh karena itu ada baiknya Hoaxer membaca karya asli dari Wu Cheng’en bukan yang adaptasi. Silahkan unduh (download) kisah asli Journey to the West dalam format PDF .

Sebab umumnya orang Han/orang keturunan Cina tidak akan tertarik menontonnya karena tidak sesuai dengan kepercayaannya dan umat Islam pun belum tentu akan tertarik menontonya karena masih ada masalah kesukuan/assobiah sebab datang dari daerah Timur/Cina bukan dari Barat/Arab serta masalah ilmu Tauhidologi.

TANGGAPAN:
Di sini Hoaxer ternyata tidak memahami pengertian dari orang Han. Han adalah nama salah satu suku di Tiongkok, jadi jika disebut keturunan Tionghoa bukan berarti orang Han saja.

Apakah secara jujur Hoaxer sudah pernah mengadakan survey bahwa keturunan Tionghoa tidak suka menontonnya? Suka dan tidak suka menontonnya bukanlah langsung berarti karena tidak sesuai dengan kepercayaannya, tapi banyak faktor, misalnya pemainnya (aktor) tidak terkenal, tidak ada visual efeknya, dan sebagainya.

Umat Islam pun ada yang tertarik menontonnya, buktinya banyak para pelawak yang Muslim dan acara komedi di Indonesia sering mengadaptasi kisah Journey to the West. Jika tidak pernah menonton bagaimana mereka bisa melakonkannya dalam komedi?

Dari alasan Hoaxer ini nampak jelas sekali Hoaxer dalam Hoax-nya ini berusaha memaksakan menghubung-hubungkan masalah kesukuan atau keetnisan dengan agama, yaitu antara etnis Tionghoa dengan agama Islam.

KESIMPULAN

  1. Artikel berjudul Tong Sam Cong adalah seorang muslim/Islam atau Tong Sam Cong Masuk Islam, adalah HOAX.
  2. Hoax ini terjadi karena Hoaxer mencampuradukkan antara kisah fiksi dengan sejarah. Bahkan Hoaxer tidak mengacu pada literatur yang saih dan original baik untuk kisah fiksinya maupun untuk sejarahnya.
  3. Timbul sebuah pertanyaan, apakah ini salah satu bentuk propaganda oknum Muslim untuk mempengaruhi etnis Tionghoa untuk beralihkeyakinan?

REFERENSI
Journey to the West, Wikipedia.org
Xuanzang, Wikipedia.org
Journey to the West, Wu Cheng’en