Kisah Natal, Dimanakah Yesus Dilahirkan?

Hari Natal, hari kelahiran Yesus, hari yang paling dinanti oleh sebagian besar umat Kristiani di dunia akan segera tiba. Download lagu Natal, menghias pohon Natal dan membuat kue merupakan beberapa kegiatan yang secara tradisi dilakukan pada setiap tahunnya.

Tapi sekarang, kita tidak akan membahas merdunya lagu Natal pada album Christmas Michael Bublé atau album Noel Josh Groban, atau sejarah pohon natal, atau bagaimana cara membuat kue natal yang enak, ataupun membahas mengapa Natal jatuh pada tanggal 25 Desember dimana sebagian besar orang telah tahu bahwa itu hanyalah kesepakatan semata, dan tentu saja tidak akan membahas mengenai bulu mata anti badai dan jambul khatulistiwa Syahrini.

Kita sekarang akan membahas: dimanakan Yesus dilahirkan? Yes! Tentu saja di Betlehem atau Bethlehem, sebuah kota kecil di Palestina kuno. Tapi, dimanakah tepatnya? Di sebuah gua kah? di sebuah penginapan? ataukah di sebuah kandang?

Jika mendengar kisah-kisah oral, lirik-lirik lagu natal, drama natal maupun dalam diorama-diorama natal, memberikan kesan bagi kita bahwa Yusuf dan Maria berjalan terlunta-lunta tidak menemukan tempat untuk melahirkan dan Yesus dilahirkan ditempat yang kumuh, tidak layak bagi seorang keturunan Raja Daud. Beberapa mengatakan Yesus dilahirkan di sebuah kandang hewan, beberapa mengatakan di sebuah gua bekas kandang hewan. Lalu dimanakah Yesus dilahirkan?

Lukisan Kelahiran Yesus oleh Kim Ki Chang dari Korea. Sbr: id.wikipedia.com

Lukisan Kelahiran Yesus oleh Kim Ki Chang dari Korea. Sbr: id.wikipedia.com

Kisah kelahiran Yesus hanya dapat ditemukan dalam 2 Injil dalam Kitab Perjanjian Baru, yaitu Injil Matius dan Injil Lukas. Sayang kedua Injil tersebut tidak menyebutkan secara jelas dimana Yesus dilahirkan. Namun, Injil Lukas memberikan sedikit petunjuk dimana bayi Yesus ditaruh setelah ia dilahirkan, yaitu di atas sebuah palungan (tempat makan hewan ternak).

7. dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.(Lukas 2:7)

12. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (Lukas 2:12)

16. Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. (Lukas 2:16)

Dengan adanya kata “palungan” inilah maka banyak orang mengasosiasikan (menghubungkan) tempat kelahiran Yesus dengan kandang hewan, tempat yang kotor, tidak nyaman dan layak. Benarkah demikian?

Dalam sebuah artikel berjudul The Birth of Jesus as seen through Middle Eastern Eyes oleh Monte F. Shelley, dijabarkan bagaimana kisah kelahiran Yesus dari sudut pandang sosial budaya di Palestina yang memberikan gambaran yang berbeda mengenai kelahiran Yesus terutama dimana ia dilahirkan.

Keramahan Penduduk Betlehem

Dalam sudut pandang Dunia Barat, digambarkan penduduk Betlehem begitu angkuh dan tega untuk menolak Yusuf dan Maria dan menyuruh mereka menempatkan kandang untuk melahirkan sehingga Yesus dilahirkan di dalam kandang hewan. Padahal dalam kedua Injil tidak kita temukan penduduk yang menyuruh mereka untuk tinggal dalam kandang.

Sedangkan dalam sudut pandang Timur Tengah beranggapan bahwa kisah di atas menyalahi tradisi budaya setempat. Yusuf yang merupakan keturunan Daud seharusnya dengan mudah menemukan tempat bernaung sebagai tempat bersalin bagi Maria. Apalagi tempat yang dikunjunginnya adalah kampung halamannya. Dan berdasarkan budaya ramah kaum Yahudi saat itu adalah janggal bagi komunitas petani untuk menolak seorang wanita muda yang hendak melahirkan.

Palungan

Bagi kebudayaan barat, hewan peliharaan akan di tempatkan di kandang dengan palungan dan diletakkan jauh dari rumah. Injil Lukas hanya mengisyaratkan bahwa bayi Yesus diletakkan di atas palungan. Berdasarkan tradisi barat itulah maka “palungan” secara otomatis dikaitkan dengan kandang hewan. Sehingga dianggap bahwa Yesus dilahirkan di kandang hewan.

Namun bagi penduduk asli Palestina yang membaca Lukas 2:7 dimana dikatakan bahwa bayi Yesus diletakkan di dalam palungan, tidaklah menganggapnya dilahirkan di dalam kandang, namun di sebuah rumah pribadi. Hal ini terjadi karena penduduk asli Palestina mengetahui benar layout atau denah rumah sederhana bagi penduduk desa dimana palungan biasanya di letakan di lantas teras yang ditinggikan dan berada di ruang tinggal keluarga (family living room). (lihat pada gambar)

Rumah Sederhana Penduduk Desa Palestina

Gbr. A. Tipe rumah desa Palestina dengan ruang tamu (kataluma). Klik gambar untuk memperbesar

Rumah Sederhana Penduduk Desa Palestina

Gbr. B. Klik gambar untuk memperbesar

Dalam gambar A. denah rumah sederhana desa petani Palestina di atas dapat kita lihat bahwa apa yang disebut dengan kandang (stable) bukanlah kandang yang sebenarnya dengan ruangan tersendiri, tetapi merupakan satu ruangan dengan ruangan keluarga, dan berada dalam sebuah rumah. Bagian kiri bawah dari gambar merupakan pintu masuk utama dimana penghuni rumah berikut ternaknya masuk. Saat sore menjelang, petani akan membawa masuk ternaknya ke dalam rumah dan mengikatnya di area “stable” (“kandang”) dan ia sendiri naik ke bagian lantai yang lebih tinggi untuk kegiatan di dalam ruang keluarga, seperti memasak, makan dan tidur.

Mengapa petani memasukkan ternaknya ke dalam rumah? Para petani menginginkan ternak mereka berada di dalam rumah karena pada musim dingin ternak-ternak tersebut akan menghasilkan panas yang dapat menghangatkan ruangan dan juga untuk mencegah ternak tersebut dicuri. Lingkaran lonjong pada gambar mewakili palungan dimana hewan seperti sapi dan keledai dapat menjulurkan kepalanya dan makan di pada malam hari jika lapar. Sedangkan untuk hewan yang lebih kecil seperti domba, palungan diletakkan di lantai yang lebih rendah. Layout rumah seperti ini dapat ditelusuri dari 1000 Sebelum Masehi sampai 1950 Masehi.

Penginapan, Salah terjemahkan?

Dalam terjemahan Lukas 2:7 dikatakan bahwa “…tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.” Benarkah yang dimaksud sebenarnya oleh Lukas adalah sebuah penginapan?

Rumah penginapan umum kuno disebut dengan karavansari (caravansary) atau khan. Dalam kisah Orang Samaria yang murah hati, Lukas menggunakan kata pandocheion dalam bahasa Yunani yang mengacu pada rumah penginapan umum atau karavansari dengan seorang pengurus rumah penginapan (pandocheus). Penginapan-penginapan umum ini hanya dapat ditemukan di jalan-jalan besar, tidak ditemukan di desa-desa kecil maupun jalanan kecil.

Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.(Lukas 10:33–34)

Sedangkan dalam kisah kelahiran Yesus, Lukas tidak mengacu pada rumah penginapan umum saat ia mengatakan,”…tidak ada topos bagi mereka di kataluma.” Kata ‘topos’ dalam bahasa Yunani berarti “tempat, posisi, area”, tidak mengacu pada “sebuah ruang dalam sebuah penginapan” tetapi tempat atau area kosong. Sedangkan kataluma berarti ruang tamu yang nampak pada bagian kanan gambar A.

Lukas dan Markus juga menggunakan istilah “kataluma” atau ruang tamu untuk mengacu pada ruang atas dari sebuah rumah pribadi yang digunakan Yesus saat makan Paskah terakhirnya.
(Lukas 22:11–12).

11. dan katakanlah kepada tuan rumah itu: Guru bertanya kepadamu: di manakah ruangan tempat Aku bersama-sama dengan murid-murid-Ku akan makan Paskah? (Lukas 22:11)
12. Lalu orang itu akan menunjukkan kepadamu sebuah ruangan atas yang besar yang sudah lengkap, di situlah kamu harus mempersiapkannya.”(Lukas 22:12)

Gereja-gereja di Timur Tengah selama dua ribu tahun tidak pernah melihat adanya “penginapan” dalam kisah kelahiran Yesus. Versi terjemahan paling tua dari Injil adalah dalam bahasa Suriah Kuno yang berasal dari abad kedua. Dalam versi tersebut, kata kunci kataluma dihilangkan. Secara sederhana dalam bahasa Suriah Kuno terbaca, “tidak ada tempat bagi mereka.” Versi Suriah Peshitta (abad tiga sampai empat) menyajikan, “tidak ada tempat bagi mereka dimana mereka tinggal”, dan versi terjemahan Arab yang umum mengatakan, “tidak ada tempat – di manzil (rumah)”.

Kesimpulan

Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem dan diterima di sebuah rumah pribadi dimana saat itu ruang tamu (kataluma) telah diisi oleh tamu lain, sehingga dikatakan tidak ada tempat di kataluma. Alih-alih mengusir, tuan rumah menerima Yusuf dan Maria di ruang keluarga mereka. Saat kelahiran tiba, bidan dan wanita lainnya membantu kelahiran tersebut. Setelah bayi Yesus lahir, ia dibungkus dengan lampin dan diletakkan di palungan yang digeser ke tengah ruangan keluarga.

Dengan demikian, menurut sudut pandang masyarakat Timur Tengah, Yesus tidaklah dilahirkan di sebuah kandang hewan maupun di dalam gua, tetapi di sebuah rumah pribadi di ruang keluarga. Hal ini juga diperkuat oleh Injil Matius saat mengisahkan kedatangan orang-orang Majus dari Timur yang menemui bayi Yesus di sebuah rumah.

11. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. (Matius 2:11)

Lebih lengkap mengenai kisah kelahiran Yesus berdasarkan sudut pandang masyarakat Timur Tengah silahkan membaca artikel dengan mengunduhnya (download) The Birth of Jesus as seen through Middle Eastern Eyes, dalam bahasa Inggris tentunya. Selamat Hari Natal!© smystery.wordpress.com. – S